TITRASI REDUKSI OKSIDASI “PENETAPAN KADAR H2O2 DALAM PERHIFROL
(HIDROGEN PEROKKSIDA)
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Titrasi merupakan proses analisis dimana volume larutan standar ditambahkan kedalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak diketahui. Larutan stadar merupakan larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti yang dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan standar sekunder.
Salah satu jenis titrasi yang digunakan pada pecobaan yaitu titrasi permanganometri. Titrasi permanganometri adalah titrasi yang menggunakan kalium permanganat (KMnO4) sebagai zat penitar yang termasuk sebagai oksidator kuat dan tidak memerlukan indikator karena telah memiliki warna tersendiri.
Hidrogen peroksida (H2O2) memiliki sifat fisik berupa berat molar 34,0147 g/mol, densitas 4 g/cm3 (cair). Titik cair -11oC, titik didih 150,2oC, keasaman 11,65, tidak berwarna dan tidak berbau. Akibat sifatnya yang merupakan oksidator kuat H2O2 dapat mengubah kalium permanganat yang berwarna ungu menjadi cairan bening akibat reaksi oksidasi oleh karena itu dilakukan penitaran kadar H2O2 dalam perhidrol.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini, yaitu :
1. Bagaimana prinsip pengujian titrasi H2O2 dalam perhidrol secara permanganometri
2. Bagaimana cara mengetahui kadar H2O2 dalam perhidrol
I.3 Tujuan dan Kegunaan
Tujusn dari praktikum ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui prinsip pengujian titrasi H2O2 dalam perhidrol secara permanganometri
2. Untuk mengetahui kadar H2O2 dalam perhidrol
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
II.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Titrasi Reduksi Oksidasi “Penetapan Kadar H2O2 dalam
Perhifrol (Hidrogen Perokksida)” dilaksanakan
pada kamis, 4 April 2019. Pukul 13:00 – 16:00 WITA,
bertempat di Laboratorium
Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Departemen Teknoogi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
II.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum Titrasi Reduksi Oksidasi “Penetapan Kadar H2O2 dalam Perhifrol (Hidrogen Perokksida)” adalah buret (pyrex), beaker glass (duran), batang pengaduk, erlenmeyer 250 mL (pyrex), dan labu ukur 200 mL (pyrex).
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Titrasi Reduksi Oksidasi “Penetapan Kadar H2O2 dalam Perhifrol (Hidrogen Perokksida) adalah larutan aquadest, H2O2 3%, H2SO4 4 N, dan larutan KMnO4 0,1 N.
II.3.1 Pembuatan larutan KMnO4 0,1 N
Kristal KMnO4 ditimbang sebanyak 1 gram, lalu dilarutkan dengan aquades…sebanyak 300 mL kemudian dihomogen dan dihasilkan larutan KMnO4 0,1 N.
II.3.2 Pembuatan larutan H2O2 3% sebanyak 200 ml
Pembuatan larutan H2O2 sebanyak 200 ml dilakukan dengan cara disiapkan alat dan bahan, kemudian larutan H2O2 dipipet sebanyak 6 mL dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 200 mL kemudian homogenkan. Diharilkan larutan H2O2 3%.
II.3.3 Penentuan kadar H2O2 dalam perhidrol secara permanganometri larutan H2O2 3%
Siapkan larutan H2O2 3% kemudian dipipet sebanyak 10 mL kedalam labu ukur 100 mL, lalu encerkan hingga batas miniskus, kemudian pipet sebanyak 10 mL kedalam erlmeyer 250 mL kemudian dibubuhi 25 mL KMnO4 0,1 N hasilnya berwarna merah muda.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum ini, yaitu :
Tabel 1. Hasil Titrasi Reduksi Oksidasi Penetapan Kadar H2O2 dalam Perhifrol (Hidrogen Perokksida)
No. |
Kelompok |
Volume Titrasi KMNO4 |
% H2O2 |
1. |
1 dan 7 |
0,5 ml |
0,085 % |
2. |
2 dan 8 |
0,7 ml |
0,119 % |
3. |
3 dan 9 |
0,4 ml |
0,068 % |
4. |
4 dan 10 |
0,5 ml |
0,085 % |
5. |
5 dan 11 |
0,4 ml |
0,068 % |
6. |
6 dan 12 |
0,5 ml |
0,085 % |
Sumber: Data Primer Hasil Praktikum Kimia Analitik, 2019.
III.2 Pembahasan
Titrasi merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui kadar suatu zat tertentu dalam suatu larutan. Titrasi dilakukan dengan cara menambahkan larutan dengan volume tertentu untuk menentukan komponen yang belum diketahui. Dalam proses titrasi digunakan dua larutan yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang dibuat dengan menimbang dan melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutang yang dibuat dengan kemurnian yang relatif rendah sehingga untuk mengetahui konsentrasinya harus dilakukan standarisasi. Prinsip kerja dari titrasi adalah menentukan kadar larutan yang belum diketahui konsentrasinya dengan menambahkan larutan baku dalam volume tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Padmaningrum (2015) yang menyatakan bahwa titrasi merupakan suatu proses penentuan kadar zat tertentu yang belum diketahui dalam suatu larutan.
H2O2 sebagai zat yang akan dititran dan biasanya dalam proses tekstil digunakan dalam proses bleaching. H2O2 bersifat oksidator sehingga tidak memerlukan indikator dalam proses titrasinya. Praktikum titrasi reduksi oksidasi dalam penetapan kadar H2O2 tidak digunakan larutan indikator sebab KMnO4 sendiri sudah berwarna violet sehingga KMnO4 juga digunakan sebagai larutan indikator. Titrasi permanganometri akan lebih mudah dilakukan jika larutan dalam suasana asam kuat sehingga pada penentukan kadar H2O2 yang bersifat asam lemah. oleh karena itu, digunakan H2SO4 yang bersifat asam agar larutan H2O2 menjadi larutan asam kuat. Penamambahan H2SO4 sebab jika larutan tidak dalam keadaan asam kuat maka titrasi sulit dilakukan dan mengakibatkan perubahan warna pada KMnO4 tidak dapat terjadi. H2O2 yang ditambahkan dengan KMnO4 akan saling mengoksidasi sebab KMnO4 juga termasuk larutan dengan pengoksidasi kuat. Sehingga hasil dari titrasi permanganatometri pada penentukan kadar H2O2, dimana H2O2 yang telah dititrasi dengan KMnO4 menghasilkan larutan berwarna merah muda seulas. Hal ini sesuai dengan Sari (2017) bahwa Kalium permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat sehingga dapat mengoksidasi formaldehid yang terkandung dalam formalin yang ditandai hilangnya warna kalium permanganat dalam beberapa detik setelah tabung reaksi berisi sampel dihomogenkan.
Hidrogen peroksida atau dapat juga disebut dengan dihidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H2O2 yang memiliki pH 4.5, berupa cairan bening, tidak berwarna dan tidak berbau, serta memiliki kekentalan yang lebih dari air. Hidrogen peroksida memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan sebagai bahan pemutih ataupun sebagai desinfektan. Fungsi hidrogen peroksida dalam bidang pangan yaitu menggumpalkan protein. Proses tersebut diawali dengan terpecahnya H2O2 menjadi H2O dan O2. Senyawa O2 yang bersifat oksidator akan memutuskan ikatan dari protein, sehingga stabilitas protein menjadi rusak. Proses inilah yang menyebabkan protein menggumpal selain itu, H2O2 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme tersebut, karena H2O2 juga berfungsi sebagai bakteriosida. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ernawati (2013) yang mengatakan bahwa peningkatan nilai warna disebabkan oleh proses pemucatan oleh H2O2, sehingga warna produk menjadi lebih bersih dan kompak.
Analisis permangatometri ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya tamperatur, sifat pelarut, pengaruh ion sejenis, pengaruh pH, pengaruh hidrolisis dan pengaruh ion kompleks. Temperatur, dengan meningkatnya suhu maka kelarutan semakin tinggi dan pembentukan endapan akan berkurang. sifat alami pelarut, setiap pelarut memiliki kapasitas yang berbeda dalam dalam melarutkan suatu zat. pelarut ion sejenis, kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja. Pengaruh hidrolisis, jika asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut. hal ini sesuai dengan pernyataan Hasan (2015) bahwa yang dapat mempengaruhi titrasi permanganometri yaitu tamperatur, sifat pelarut, pengaruh ion sejenis, pengaruh pH, pengaruh hidrolisis dan pengaruh ion kompleks.
Percobaan titrimetri
(cara permanganometri) untuk menetapkan kadar H2O2 yang
bersifat oksidator digunakan larutan KMnO4 0, 1 N sebagai titran yang juga bersifat oksidator.
H2O2 bersifat oksidator sehingga tidak memerlukan
indikator dalam proses titrasinya. Titrasi larutan
KMnO4 menggunakan larutan
yang tidak berwarna karena KMnO4
sudah berwarna violet. Titrasi permanganometri harus dalam suasana asam kuat
sehingga larutan
H2SO4 digunakan sebagai pengasamnya. Hal ini dilakukan
karena jika tidak berada dalam suasana asam kuat maka perubahan warna KMnO4
tidak akan terlihat. Volume H2SO4 yang digunakan hanya 25
ml karena kadar H2SO4 sudah sangat pekat yaitu4N.
Proses reaksi ini,
H2SO4 hanya berfungsi sebagai pengasam sehingga H2SO4
tidak ikut bereaksi, maka keakuratan volume H2SO4 tidak
mempengaruhi hasil titrasi. Hasil yang diperoleh adalah H2O2 sebanyak 0,085 %. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rodiani (2013) bahwa larutan KMnO4 dapat dipakai untuk menentukan
beberapa zat yang bersifat sebagai reduktor.adalah H2O2 sebanyak 0,085 %.
IV.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini, yaotu :
- Prinsip pengujian titrasi permanganometri yaitu dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat (KMnO4) dengan H2O2 sebagai pengasam.
- Hasil pengujian diperoleh kadar H2O2 dalam perhidrol adalah 0,085%.
DAFTAR PUSTAKA
Djadid H., 2015, Argentometri dan Permanganometri, fakultas teknologi UPN “veteran” jawa timur.
Ernamati. 2013. Studi Perendaman Dalam Hidrogen Peroksida (H2O2) Pada Konsentrasi Yang Berbeda Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Teripang (Holothuria Scabra) Kering. Jurnal Teknologi Pangan Vol.5 No.1.
Nurhayati F., 2015. Analisa Penurunan Kadar Klor Dengan Menggunakan Ion Exchanger Dan Karbon Aktif Pada Air Laut Marina. Program Diploma Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.
Padmaningrum R.T. 2015. Titrasi Asidimetri. Jurdik Kimia. Universitas Negeri Yogyakarta.
Rodiani, T. 2013. Analisis Titrimetri dan Gravimetri. Kementerian Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian. Jawa Barat. Cianjur
Sari, A.N., Anggraeyani, D., Fautama, F.N., Dirayathi, Mazaya. 2017. Uji Kandungan Formalin Pada Ikan Asin Di Pasar Tradisional Kota Banda Aceh. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Biotik. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Ar-Raniry. Banda Aceh.
Komentar
Posting Komentar